Kitab Syi’ir Ngudi Susilo ini berisi tentang pembelajaran akhlak yang di tulis oleh KH. Bisri Mustofa dengan menggunakan huruf Pegon. Huruf Pegon atau Pego adalah huruf atau abjad Indonesia dan aksara Jawa yang disalin ke dalam bahasa Arab. Tidak ada pedoman khusus mengenai huruf pegon/pego, berbeda dengan huruf Arab Melayu, meskipun dalam beberapa huruf menyerupai huruf pego namun dalam kaidah penulisannya berbeda.[1]
Kitab Syi’ir Ngudi Susilo ini selesai dikarang pada bulan Jumadil Akhir tahun 1337 H di kota Rembang yang tertulis dalam kirab Syi’ir ini dan tidak ada catatan yang pasti kapan kitab ini disusun dalam bentuk cetak. Kitab ini diperbanyak oleh percetakan Muria Kudus. Meski kitab ini sudah beberapa kali diperbanyak tidak ada penjelasan secara pasti jumlah edisi dan tahun cetak.
Dilihat dari bentuk fisik, kitab ini termasuk kitab saku yang ukurannya relatif kecil. Ukuran kitab ini seperempat kertas folio dan memiliki ketebalan 16 lembar. Dilihat dari sampul awal bertuliskan Syi’ir Ngudi Susilo: Soko Fitedah Kanti Terwilo (belajar akhlak: memberi petunjuk yang jelas). Kemudian dibawah identitas kitab tertulis nama pengarang yaitu KH. Bisri Mustofa
Baca Juga:
Isi kitab Ngudi Susilo
Kitab Syiir Ngudi Susila terbagi menjadi 9 sub judul yang masing masing memiliki isi yang berbeda beda. Kali ini pembahasan pada bab pertama yaitu bab
Pambuka ‘Pembukaan’
Pada awal bab pembukaan menjelaskan ajaran kepada anak laki laki dan perempuan supaya menjauhi perbuatan yang tercela, memiliki budi pekerti yang baik sebagai salah satu jalan menuju ke pintu surga. Ini dapat ditunjukkan pada kalimat:
Iki Syiir kanggo bocah lanang wadon. Nebihake tingkah laku ingkang awon. Sarta nerangake budi kang prayoga. Kanggo dalan padha mlebu suwargo.
“Ini syiir untuk anak laki-laki dan perempuan. Menjauhkan dari tingkah laku yang buruk. Serta menjelaskan budi pekerti yang luhur’. Sebagai salah satu jalan menuju pintu surga”
Selain itu anak sejak berumur tujuh tahun harus diajari sopan santun, mencintai ayah dan ibunya, membantu mereka ketika sedang sibuk, ketika ayah dan ibu memerintah segera melaksanakan perintahnya dan jangan sampai membantahnya, bertutur kata yang halus dan selalu bersikap sopan kepada semua orang, dapat dilihat pada kalimat kalimat berikut ini:
“Bocah iku wiwit umur pitung taun. Kudu ajar tata keben ora getun. Kudu tresna ring ibune kang ngrumati. Kawit cilik marang bapa kang gemati. Ibu bapa rewangana lamun repot .... Lamun ibu bapak perintah inggal tandang ... Andhap asor ing wong tuwa najan liya ... Gunem alus alon lirih ingkang terang.
“Anak sejak usia tujuh tahun. Harus belajar sopan santun supaya tidak kecewa. Harus mencintai ibunya yang selalu merawat sejak kecil. Juga kepada ayah yang merawat sungguh-sungguh. Bantulah ayah dan ibu ketika sedang sibuk ... Ketika diperintah ayah dan ibu segera laksanakan ... Berlaku sopan kepada semua orang tua ... Berbicara yang halus, pelan pelan dan jelas.
Mungkin itu dulu pembahasan yang dapat disampaikan dan jangan lupa membaca Biografi KH Bisri Mustofa dan juga Belajar Kitab Sy'ir Ngudi Susilo silahkan share ya
Social Media