BLANTERORIONv101

Tujuan Pendidikan Islam menurut Abd Al-Rahman Shaleh Abdullah

9 Juli 2021

 

Tujuan Pendidikan Islam menurut Abd Al-Rahman Shaleh Abdullah

Aspek tujuan pendidikan Islam menurut Abd Al-Rahman Shaleh Abdullah dalam bukunya, Educational Theory, a Qur’anic Outlook ada empat hal, bila diringkas seperti dalam tabel berikut ini:

                                        Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan Pendidikan Islam

 

1.      Tujuan pendidikan jasmaniyah (al-ah}daf jismiyah)

2.      Tujuan pendidikan rohaniyah (al-ah}daf al-ruhiyyah)

3.      Tujuan pendidikan akal (al-ah}daf al-‘aqliyyah)

4.      Tujuan pendidikan sosial (al-ah}daf al-ijtima’iyyah)

 Adapaun untuk penjelasannya sebagai berikut ini:

1.    Tujuan pendidikan jasmaniyah (al-ah}daf jismiyah)

Tujuan pendidikan Islam perlu dikaitkan dengan tujuan manusia selaku Khalifah di muka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang sehat, ketrampilan-ketrampilan fisik, disamping rohaninya yang teguh. Dan juga membentuk masyarakat muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki ketrampilan yang tinggi. Rosulullah bersabda:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنُ مِنَ اْلضَّعِيْفِ (رواه ابن ماجه)

“Orang beriman yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada orang beriman yang lemah”. (HR. Ibnu Majah) [1]

 Dari hadist tersebut tersirat konsepsi bahwa ketaatan, penghambaan, dan seruan kepada Allah memerlukan upaya fisik. Selain iru, Islam mengharamkan perbuatan bunuh diri, membunuh orang lain, atau sengaja menyakiti fisik. Bagi umat Islam sholat, puasa, haji merupakan sarana untuk mengaktifkan alat-alat tubuh. Dengan demikian bahwa pendidikan Islam memperhatikan perkembangan fisik manusia dengan mengarahkan pada perkara yang diridhoi Allah dan menjauhi dari segala perkara yang dibenci Allah.[2]

2.    Tujuan pendidikan rohaniyah (al-ah}daf al-ruhiyyah)

Tujuan pendidikan rohaniah diarahkan kepada pembentukan akhlak mulia. Muhammad Qutb mengatakan bahwa tujuan pendidikan ruhaniyah mengandung pengertian ”ruh” yang merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah dan pendidikan islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa sehingga ia tetap berada di dalam hubungan-Nya.[1] Kemampuan manusia menerima agama Islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah, dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas yang diajarkan-Nya dan mengikuti teladan Rasulullah.

3.    Tujuan pendidikan akal (al-ah}daf al-‘aqliyyah)

Tujuan ini bertumpu pada pengembangan kecerdasaan yang ada dalam otak manusia dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di alam ini. Alam dan isinya merupakan pembacaan dan pengamatan serta renungan akal fikiran manusia sehingga akan diperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang dan maju.

Akal merupakan potensi manusiawi yang sangat penting, dengan akal seseorang dapat mengetahui baik dan buruk. Pendidikan Islam mengajak manusia untuk memanfaatkan akal dengan berargumen, mencari kepuasan, merenung dan berobsesi. Selain itu pendidikan Islam mengembangkan akal manusia menurut pola perkembangannya yang terbaik sehingga tidak akan manusia berakal sombong, tidak mau menerima kebenaran. Maka, dengan demikian Islam menawarkan pendidikan yang mengajarkan berfikir sehat, tawadhu’, ikhlas menerima kebenararan, jujur dalam keilmuan, dan optimis dalm mengaplikasikan teori-teori yang dia peroleh.

4.    Tujuan pendidikan sosial (al-ah}daf al-ijtima’iyyah)

Tujuan sosial ini merupakan pembentukan kepribadian yang utuh. Tujuan ini sangat penting karena manusia sebagai khalifah Allah di bumi, harus memiliki kepribadian yang utama dan seimbang. Sehingga manusia tidak akan mungkin menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Maka persaudaraan dianggap sebagi salah satu kunci konsep sosial dalam Islam yang akan menghendaki setiap individu memperlakukan individu yang lain dengan cara-cara tertentu dan disinilah konsep etika, akhlak, dan moral Islam berperan penting.[2]



[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002). 144-145

[2] Ibid. 71-74

[1] Abdullah Shonhaji, Terjemah Sunan Ibnu Majah Juz II (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1993), 898

[2] Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Pres, 1995) 123-124


Komentar